Saya kira orang sagitarius itu akan
menjunjung tinggi kejujuran dan kesetiaan seperti saya. Tetapi ternyata
ada sagitarius lain yang berbeda. Jadi ramalan tetaplah ramalan.
Setelah membaca kisah Umar Bin Khatthab, seseorang yang dulu mencoba membunuh Rasulullah SAW dan kini terbaring di samping Rasulullah SAW, maka saya berharap memberikan kesempatan itu tidak sia-sia.
Setelah membaca kisah Umar Bin Khatthab, seseorang yang dulu mencoba membunuh Rasulullah SAW dan kini terbaring di samping Rasulullah SAW, maka saya berharap memberikan kesempatan itu tidak sia-sia.
Memberikan
kesempatan kepada seorang untuk berubah jadi lebih baik namun ternyata
tetap saja sama. Seorang "player" tetaplah "player". Seorang pembohong
tetaplah pembohong. Sampai Tuhan menolongnya. Mungkin kisah seperti Umar
cuma ada satu. Namun di zaman yang seperti ini mungkinkah??? Meskipun
begitu saya selalu berdoa kebaikan untuknya.
Berikut ini adalah sepenggal kisah salah satu sahabat nabi Muhammad SAW:
Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal
dengan Umar bin Khattab (581 M-November 644 M) adalah salah seorang
sahabat Nabi Muhammad yang juga
adalah khalifah kedua Islam ( 634M-644M). Umar juga
merupakan satu diantara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah
yang diberi petunjuk ( Khulafaur
Rasyidin ).
Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi,
salah satu rumpun suku Quraisy , suku terbesar di
kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al
Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang
diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan antara
kebenaran dan kebatilan.
Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa
membaca dan menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang
langka. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi
juara gulat di Mekkah.
Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat
disegani dan dihormati oleh penduduk Mekkah, sebagaimana tradisi yang
dijalankan oleh kaum jahiliyah Mekkah saat itu,
Umar juga mengubur putrinya hidup-hidup sebagai bagian dari pelaksanaan adat
Mekkah yang masih barbar.
Setelah memeluk Islam di bawah Nabi Muhammad, Umar
dikabarkan menyesali perbuatannya dan menyadari kebodohannya saat itu
sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadits"Aku menangis ketika
menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir janggutku".
Umar juga dikenal sebagai seorang peminum berat, beberapa
catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam, Umar suka meminum
anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali,
meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara
tegas.
Ketika Nabi Muhammad menyebarkan Islam
secara terbuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati terhadapnya, beberapa
catatan mengatakan bahwa kaum Muslim saat itu mengakui bahwa
Umar adalah lawan yang paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar
yang memang sudah memiliki reputasi yang sangat baik sebagai ahli strategi
perang dan seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia
lalui.
Pada puncak kebencian terhadap ajaran Muhammad, Umar
memutuskan untuk mencoba membunuh Muhammad, namun saat dalam perjalanannya ia
bertemu dengan salah seorang pengikut Muhammad bernama Nu'aim bin Abdullah yang
kemudian memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar masuk Islam, ajaran yang
dibawa oleh Nabi Muhammad yang ingin dibunuhnya saat itu. Karena berita itu,
Umar terkejut dan pulang ke rumahnya dengan maksud untuk menghukum adiknya.
Kemudian pada
suatu hari, ia keluar dengan menghunus pedangnya bermaksud membunuh
Nabi. Dalam perjalanan, beliau bertemu dengan Nu `aim bin Abdullah al
'Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah. Lekaki itu berkata kepada Umar
bin Khattab, "Mau kemana wahai Umar?" Umar bin Khattab
menjawab, "Aku ingin membunuh Muhammad." Lelaki tadi
berkata, "Bagaimana kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah,
kalau kamu membunuh Muhammad?" Maka Umar menjawab, "Tidaklah
aku melihatmu melainkan kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu." Tapi
pria tadi menimpali, "Maukah aku tunjukkan yang lebih mencengangkanmu,
hai Umar? Sesungguhnya adik perempuanmu dan iparmu telah meninggalkan agama
yang kamu yakini."
Kemudian dia
bergegas mendatangi adiknya yang sedang belajar Al Qur'an, surat Thaha kepada
Khabab bin al arats. Kemudian Umar bin Khattab masuk rumahnya dan
menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian adik perempuan Umar bin
Khattab dan suaminya berkata, "Kami tidak sedang membicarakan
apa-apa." Umar bin Khattab menimpali, "Sepertinya kalian
telah keluar dari agama nenek moyang kalian." Iparnya menjawab, "Wahai
Umar, apa pendapatmu jika kebenaran itu bukan berada pada agamamu?" Mendengar
ungkapan tersebut Umar bin Khattab memukulnya sampai terluka dan berdarah,
karena tetap saja saudaranya itu mempertahankan agama Islam yang dianutnya,
Umar bin Khattab berputus asa dan menyesal melihat darah mengalir pada iparnya.
Umar bin
Khattab berkata, "Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku
ingin membacanya." Maka adik perempuannya berkata, "Kamu
itu kotor. Tidak bisa menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah
dan berwudhulah terlebih dahulu!" lantas Umar bin Khattab mandi
dan berwudhu kemudian mengambil kitab yang ada pada adik
perempuannya. Ketika dia membaca surat Thaha, dia memuji dan muliakan
isinya, kemudian minta diantar pada Rasulullah.
Mendengar
perkataan Umar bin Khattab, Khabab berkata, "Aku akan beri kabar
gembira kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang didoakan
Rasulullah pada malam Kamis, ' Ya Allah, muliakan Islam.dengan
Umar bin Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam . ' Waktu itu,
Rasulullah berada di sebuah rumah di daerah Shafa."
Umar bin
Khattab mengambil pedangnya dan menuju rumah tersebut, kemudian mengetuk
pintunya. Ketika ada salah seorang melihat Umar bin Khattab datang dengan
pedang terhunus dari celah pintu rumahnya, dikabarkannya kepada
Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah bin Abdul Muthalib
bertanya, "Ada apa kalian?" Mereka menjawab, "Umar
datang " Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, "Bukalah
pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya,
tetapi kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan
pedangnya." Kemudian Nabi menemui Umar bin Khattab dan berkata kepadanya.
"Ya Allah, ini adalah Umar bin Khattab. Ya Allah, muliakan Islam
dengan Umar bin Khattab." Dan dalam riwayat lain: " Ya Allah,
kuatkanlah Islam dengan Umar. "
Seketika itu
pula Umar bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di rumah
tersebut bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah orang yang
ke-40 masuk Islam. Abdullah bin Mas'ud berkomentar, "Kami
senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar bin Khattab masuk Islam."
Setelah Umar menyatakan
memeluk Islam, hampir seisi Mekkah terkejut karena seseorang yang terkenal
paling keras menentang Nabi Muhammad kemudian memeluk ajarannya, akibatnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia
menjadi kurang atau tidak dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama
ini diketahui selalu membelanya.
Keislaman
beliau telah memberikan andil besar untuk perkembangan dan kesuksesan
Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan
selalu memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan
ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan
sunnah dan mematikan bid'ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan
paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar As Siddiq.
Pada tahun 622 M, Umar ikut bersama Nabi Muhammad dan
pemeluk Islam lain hijrah (migrasi) ke Yatsrib (sekarang Madinah ). Ia juga terlibat
pada perang Badar , Uhud, Khaybar dan
penyerangan ke Suriah.
Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi
Muhammad. Ia dianggap sebagai seorang yang paling disegani oleh kaum Muslim
pada masa itu karena selain reputasinya yang memang terkenal sejak masa
pra-Islam, juga karena ia dikenal sebagai orang terdepan yang selalu membela Nabi
Muhammad dan ajaran Islam di setiap kesempatan yang ada bahkan ia tanpa ragu
melawan kawan-kawan lamanya yang dulu bersama mereka ikut menyiksa Nabi Muhammad
dan para pengikutnya.
Pada saat kabar kematian Nabi Muhammad SAW, pada 8
Juni 632 M (12 Rabiul Awal,
10 Hijriah) di Madinah sampai kepada umat Muslim secara keseluruhan, Umar
dikabarkan sebagai salah seorang yang paling terguncang atas peristiwa itu, ia
menghambat siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk
pemakaman. Akibat syok yang ia terima, Umar bersikeras bahwa Muhammad
tidaklah wafat melainkan hanya sedang tidak sadarkan diri, dan akan kembali
sewaktu-waktu.
Abu Bakar yang mendengar kabar
bergegas kembali dari Madinah, Ia menemukan Umar sedang menahan Muslim yang
lain dan lantas mengatakan "Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah
Muhammad, Muhammad sudah meninggal. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah,
Allah hidup selalu tak pernah mati. "!
Abu bakar mengingatkan kepada para pemeluk Islam yang
sedang terguncang, termasuk Umar saat itu, bahwa Nabi Muhammad, seperti halnya
mereka, adalah seorang manusia biasa, Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari
Al Qur'an yang mencoba untuk mengingatkan mereka kembali kepada
ajaran yang diajarkan Muhammad yaitu kefanaan makhluk yang
diciptakan. Setelah peristiwa itu Umar menyerah dan membiarkan persiapan
penguburan dilaksanakan.
Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar
merupakan salah satu penasehat kepalanya. Setelah Abu Bakar meninggal pada
tahun 634, Umar ditunjuk untuk
menggantikannya sebagai khalifah kedua dalam sejarah Islam.
Kepemimpinan
Umar bin Khattab tak seorangpun yang dapat meragukannya. Seorang tokoh
besar setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As-Siddiq. Pada masa
kepemimpinannya kekuasaan islam bertambah luas. Beliau berhasil
menaklukkan Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat,
Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.
Dalam masa
kepemimpinan 10 tahun Umar bin Khattab itu, penaklukan-penaklukan penting
dilakukan Islam. Tak lama sesudah Umar bin Khattab memegang tampuk
kekuasaan sebagai khalifah, pasukan Islam menduduki Suriah dan Palestina, yang
kala itu menjadi bagian Kekaisaran Byzantium.
Dalam
pertempuran Yarmuk (636), pasukan Islam berhasil memukul habis kekuatan
Byzantium. Damaskus jatuh pada tahun itu juga, dan Darussalam menyerah dua
tahun kemudian. Menjelang tahun 641, pasukan Islam telah menguasai seluruh
Palestina dan Suriah, dan terus menerjang maju ke daerah yang kini bernama
Turki.Tahun 639, pasukan Islam menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah
kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan
dengan sempurna.
Penyerangan
Islam terhadap Irak yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia
telah mulai bahkan sebelum Umar bin Khattab naik jadi khalifah. Kunci
kemenangan Islam terletak pada pertempuran Qadisiyyah tahun 636 H. Pasukan Islam dalam jumlah
kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih
besar pada pertempuran
Qadisiyyah , di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran
itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqash mengalahkan tim
Sassania dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam
Farrukhzad.
Pada tahun 637 M, setelah pengepungan yang
lama terhadap Yerusalem , pasukan Islam
akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki
kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk shalat di dalam gereja (Church of the
Holy Sepulchre). Umar memilih untuk shalat ditempat lain agar tidak
membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan
ditempat ia shalat.
Menjelang tahun
641, seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan Islam. Dan bukan
hanya itu, pasukan Islam bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran
Nehavend (642), mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir kekuatan
Persia. Menjelang wafatnya Umar bin Khattab di tahun 644, sebagian besar
daerah barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti
tatkala Umar bin Khattab wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat
menaklukkan Persia dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang
Afrika Utara.
Selain
pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah ilmu
diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas'ud berkata, "Seandainya
ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh
penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin
Khattab lebih berat dibandingkan ilmu mereka".
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan
mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administrasi
untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan
diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah
kekuasaan Islam. Tahun 638 M, ia memerintahkan untuk
memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai
proses kodifikasi hukum Islam.
Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep
baru, seperti menghimpun Al Qur'an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun
hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal),
menyatukan orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam,
menciptakan lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai
pengobatan, membangun akomodasi, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan,
menetapkan hukuman cambuk bagi peminum "khamr" (minuman keras)
sebanyak 80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat
serta pegawai dan juga konsep yang lainnya.
Namun dengan
begitu ia tidak menjadi congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang
pemimpin yang zuhud lagi wara '. Ia berusaha untuk mengetahui dan memenuhi
kebutuhan rakyatnya. Dalam satu riwayat Qatadah berkata, "Pada
suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang terbuat dari bulu domba yang
sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau
adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar
untuk menjamu orang-orang." Abdullah, putranya berkata, "Umar
bin Khattab berkata, "Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian
sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung jawaban oleh Allah
SWT."
Beliaulah yang
lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Ia berjanji tidak akan
makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya. Tidak
diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang arif,
bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela
keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat
kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara. Bahkan Umar bin Khattab
sering terlambat salat Jum'at hanya menunggu bajunya kering, karena dia hanya
memiliki dua baju.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih
mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup
sangat sederhana. Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin Khattab ini
dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya kepada Allah
SWT.
Umar bin Khattab wafat karena sebab dibunuh oleh Abu
Lu'luah (Fairuz), budak milik al-Mughirah bin Syu'bah, pada saat memimpin shalat Subuh. Fairuz
adalah orang Persia yang masuk Islam, setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap
Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu
merupakan negara adidaya oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu,
25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Umar bin Khattab dimakamkan di samping Nabi
saw dan Abu Bakar as Siddiq, beliau wafat dalam usia 63 tahun. Setelah kematiannya
jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan .
Sebelum wafat
Umar berwasiat agar urusan khilafah dan pimpinan pemerintahan, dimusyawarahkan
oleh enam orang yang telah mendapat ridha Nabi SAW. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidilah, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abi Waqash,
dan Abdurrahman bin Auf .
Umar menolak
menetapkan salah seorang dari mereka, dengan berkata, "Aku tidak mau
bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati. Kalau Allah menghendaki
kebaikan bagi kalian, maka Allah akan melahirkannya atas kebaikan mereka
(keenam orang itu) sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh
Nabimu".
Ibnu Abi Syaibah,
Abu Ubaidah, An-Nasa'y, Abu Ya'la, Al-Baihaqy dan Ibnu Hibban mentakhrij dari
Umar bin Khaththab, Dia berkata, "Aku
berwasiat kepada Khalifah sesudahku agar mengetahui hak orang-orang Muhajirin
kelompok yang pertama dan agar menjaga kehormatan mereka. Aku juga berwasiat
kepadanya untuk memperhatikan orang-orang Anshar yang telah menyediakan tempat
tinggal dan beriman sejak sebelum kedatangan orang-orang Muhajirin, harus dia
menerima kebaikan mereka dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka. Aku juga berwasiat kepadanya untuk
berbuat baik kepada penduduk berbagai kota, karena mereka adalah penolong bagi
Islam, pendukung dana dan penghadang musuh. Janganlah dia mengambil harta pun
dari mereka kecuali harta yang berlebih dan menurut kerelaan mereka. Aku juga
berwasiat agar dia berbuat baik kepada orang-orang badui, karena mereka
merupakan asal mula bangsa Arab dan sumber Islam. Dia harus mengambil shadaqah
dari orang-orang yang kaya dan membagikannya kepada orang-orang yang miskin. Aku juga berwasiat kepadanya agar
memenuhi hak Ahli Dzhimmi seperti yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya, sesuai
dengan perjanjian dengan mereka. Dia bisa memerangi orang-orang selain mereka,
dan tidak membebankan kepada mereka kecuali menurut kesanggupan mereka. "
Saat Umar masih hidup, Umar meninggalkan wasiat
yaitu :
1.
Jika engkau menemukan cela
pada seseorang dan kamu ingin mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena
celamu lebih banyak darinya.
2.
Bila engkau hendak
memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh
yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
3.
Bila engkau ingin memuji
seseorang, pujilah Allah SWT. Karena tidak
seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut
kepadamu selain Allah SWT.
4.
Jika engkau ingin meninggalkan
sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab saat engkau
meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
5.
Bila engkau bersiap-siap
untuk sesuatu, maka bersiplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap
untuk mati, engkau akan menderita, rugi, dan penuh penyesalan.
Bila engkau ingin
menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan
memperolehnya kecuali dengan mencarinya.FROM: http://10sahabatnabi.blogspot.co.id/p/umar-bin-khatthab-al-faruq-ra.html