Sabtu, 17 Desember 2011

ANATOMI SISTEM RESPIRASI

PENDAHULUAN
Semua sel hidup membutuhkan suplai oksigen yang konstan supaya dapat mempertahankan metabolismenya. Oksigen yang terdapat di udara akan masuk ke dalam sistem respirasi. Selanjutnya digunakan untuk metabolisme oleh jaringan dan pada saat yang sama karbondioksida dan uap air akan dikeluarkan.

STRUKTUR YANG MEMBENTUK SISTEM RESPIRASI
1. NASUS
2. PHARYNX
3. LARYNX
4. TRACHEA
5. BRONCHUS
6. PULMO

I. NASUS
Cavitas nasi merupakan rongga di dalam nasus yang menghubungkan bagian luar tubuh dengan nasopharynx. Di bagian anterior terdapat lubang yang dikenal dengan nama nares anterior (nostril) dan di posteriornya disebut nares posterior (choanae).
Nostril bentuknya oval, kecil, yang dapat berdilatasi. Nostril dibatasi oleh cartilago nasalis dan pada linea mediana dipisahkan oleh septum nasi. Pada setiap sisinya terdapat ala nasi yang merupakan jaringan fibro-adiposum. Lanjutan nostril disebut vestibulum nasi, dan terdapat rambut (vibrissae) yang berfungsi sebagai filter.
Cavum nasi mempunyai dinding medial, dinding lateral dan lantai. Lantainya dibentuk oleh palatum durum. Dinding medialnya dibentuk oleh septum nasi yang merupakan pembatas vertikal, terletak di tengah dan membagi cavum nasi menjadi 2 bagian.
Membrana mucosa pada 1/3cranial dinding lateral dan pada septum nasi diperlengkapi dengan membrane mucosa olfactoria yang ditempati oleh receptor-receptor nervus olfactorius untuk fungsi penciuman.
Dinding lateral cavum nasi tidak rata yang kaya akan vascularisasi yang berfungsi untuk pengaturan suhu dan kelembaban udara respirasi. Pada dinding lateral terdapat tiga tonjolan yang disebut concha nasalis superior, concha nasalis media, dan concha nasalis inferior. Pada meatus nasi tersebut bermuara sinus paranasalis. Pada meatus nasi inferior terdapat muara dari ductus naso lacrimalis.
Sinus paranasalis merupakan rongga di dalam tulang yang terletak di sekitar cavum nasi.

SINUS PARANASALIS
Yang termasuk sinus paranasalis adalah:
1. Sinus frontalis
2. Sinus ethmoidalis
3. Sinus sphenoidalis
4. Sinus maxillaris

1. Sinus frontalis
Berada di dalam os frontale, di sebelah cranialis dari arcus superciliaris. Kadang-kadang meluas sampai ke dalam atap cavum orbitae, berdampingan dengan lobus frontalis cerebri bersama dengan meninx yang meliputinya. Infeksi sinus frontalis dapat menyebar ke lobus frontalis cerebri. Sinus frontalis bermuara ke meatus nasi media.
2. Sinus ethmoidalis (cellulae ethmoidalis)
Terdiri atas rongga-rongga kecil dan dibagi menjadi cellulae ethmoidalis anterior, medialis et posterior. Cellulae ethmoidalis anterior et medialis bermuara pada meatus nasi medius sedangkan cellulae ethmoidalis posterior bermuara pada meatus nasi superior.
3. Sinus sphenoidalis
Berada di dalam corpus ossis sphenoidalis. Mempunyai hubungan dengan chiasma opticum di sebelah anterior, dengan hypophyse di sebelah posterior dan di sebelah lateral dengan sinus cavernosus. Sinus tersebut bermuara pada meatus nasi superior.
4. Sinus maxillaris (antrum of Highmore)
Merupakan sinus yang terbesar dan setiap sinus berada di dalam maxilla, mempunyai bentuk seperti piramid. Basis dari piramid dibentuk oleh sebagian dari dinding lateral cavum orbitae sedangkan lantainya adalah facies alveolaris maxillae dengan akar gigi molar I dan molar II. Dinding medialnya dibentuk oleh dinding lateral cavum nasi dimana padanya terdapat muara sinus maxillaris ke dalam cavum nasi (hiatus semilunaris). Karena letak dari muara ini dekat pada atap sinus maka drainasenya menjadi sulit pada posisi berdiri. Selain itu sinus ini letaknya paling rendah bilamana dibandingkan dengan sinus lainnya, sehingga bahan-bahan infeksi dari sinus-sinus yang lain mudah masuk ke dalam sinus maxillaris. Oleh karena itu, sinus maxillaris sering mengalami infeksi dan dapat bersifat chronis. Sinus ini bermuara pada meatus nasi medius.

Peranan sinus paranasalis:
Udara inspirasi dapat melewati sinus paranasalis yang membuat udara tersebut menjadi basah dan panas. Selain itu menyebabkan tulang cranium menjadi ringan dan menambah resonansi udara.

II. PHARYNX
Merupakan struktur yang terletak di sebelah dorsal choanae. Pharynx dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu: nasopharynx, oropharynx, dan laryngopharynx.
Pada dinding lateral nasopharynx terdapat muara dari Tuba Eustachius (tuba auditiva = tuba pharyngotymanica), yang menghubungkan nasopharynx dengan cavum tympani, sehingga membrana tympani mendapat tekanan udara yang sama pada kedua permukaannya.
Pada nasopharynx terdapat tonsilla pharyngealis dan tonsilla tubaria.

III. LARYNX
Larynx merupakan organ yang dilewati oleh udara respirasi dan mengalami modifikasi untuk dapat menghasilkan suara. Dibentuk oleh cartilago, ligamentum, otot dan membrana mucosa. Terletak di sebelah ventral pharynx berhadapan dengan vertebra cervicalis 3 - 6.
Cartilago laryngis dibentuk oleh 3 buah cartilago yang tunggal, yaitu cartilago thyroidea, cartilago cricoidea, dan cartilago epiglottica, dan 3 pasang cartilago yang terdiri atas cartilago arytenoidea, cartilago corniculata, serta cuneiforme.
1. Cartilago thyroidea
Terdiri dari dua lembaran cartilago yang berbentuk segiempat dan bersatu di bagian anterior membentuk sudut, kecuali di bagian cranialis dimana terbentuk celah berbentuk huruf "V" yang dinamakan incisura thyroidea.
Pada usia dewasa sudut ini bentuknya lebih besar pada wanita dari pada pria (tanda sex sekunder). Pada pria dewasa tepi incisura thyroidea sangat menonjol membentuk prominentia laryngealis atau lebih dikenal sebagai "Adam's apple".
2. Cartilago cricoidea
Berbentuk cincin dan terdiri atas dua bagian, bagian dorsal lebar berbentuk segiempat, disebut lamina cartilaginis cricoidea, dan bagian anterior yang disebut arcus dengan tepi caudalnya letak horizontal dan tepi cranialnua yang terletak oblique.
Lumennya berbentuk bulat, dihubungkan dengan cincin trachea I oleh ligamentum crico-trachealis. Terletak setinggi vertebra cervicalis ke-6.
3. Cartilago arytenoidea
Berbentuk piramid yang terletak pada tepi superior lamina cartilaginis cricoideae. Apex dari cartilago arytenoidea menghadapa ke arah cranio-dorso-medial, di sini terletak cartilago corniculata.
4. Cartilago epiglottica
Berbentuk tipis seperti daun, menonjol dan berada di sebelah dorsal dari lingua dan corpus ossis hyoidei. ujung caudal bentuknya lancip.
Ujung cranial bentuknya besar, bebas dan menonjol ke cranio-dorsal. Permukaan anterior bagian cranialis bebas dan menghadap ke arah lingua, diliputi oleh membrana mucosa.

IV. TRACHEA
Trachea adalah suatu pipa yang dibentuk dari cartilago dan jaringan ikat, yang dimulai dari tepi caudal larynx, yaitu setinggi tepi caudal cartilago cricoidea setinggi vertebra cervicalis VI sampai setinggi tepi cranial vertebra thoracalis V, dan di sini terbentuk bifurcatio menjadi bronchus dexter dan bronchus sinister.
Trachea mempunyai ukuran panjang 11 cm dan diameter 2 - 2,5 cm. Pada pria bentuknya lebih besar dari wanita, terdiri dari 20 buah cincin cartilago berbentuk "U", membuka ke dorsal, ditutupi oleh jaringan ikat dan bersentuhan dengan oesophagus.
Lokalisali trachea berada pada linea mediana, kecuali di bagian caudal dimana arcus aortae mendesaknya ke kanan. Pada tempat bifurcatio trachea cincin cartilago membentuk carina. Di sepanjang perjalanannya trachea berada di sebelah ventral oesophagus.

V. BRONCHUS
Bronchus dexter mempunyai bentuk yang lebih besar, lebih pendek dan lebih vertikal daripada bronchus sinister. Panjang bronchus dexter kira-kira 2,5 c, dan masuk ke dalam hilus pulmonis setinggi vertebra thoracalis VI. Bronchus dexter bercabang tiga (bronchus secunder), masing-masing menuju ke lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior. Selanjutnya bronchus secunder mempercabangkan bronchus tertiar yang menuju ke segmen pulmo.
Bronchus sinister mempunyai diameter yang lebih kecil, tetapi bentuknya lebih panjang daripada bronchus dexter. Bronchus sisnister bercabang dua menjadi bronchus secunder superior dan inferior.
Vascularisasi: diperoleh dari artei thyroidea inferior.
Inervasi: n. vagu, n. recurrens dan truncus sympathycus.

VI. PULMO
Pulmo adalah parenchym yang berada bersama-sama dengan bronchus dan percabangan-percabangannya. dibungkus oleh pleura, mengikuti gerakan dinding thorax pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Bentuknya dipengaruhi oleh organ-organ yang berada di sekitarnya. Berbentuk conus, dengan bagian-bagiannya sebagai berikut:
- apex
- basis
- facies costalis
- facies mediastinalis
- margo anterior
- margo inferior
- margo pulmonis

PEMBAGIAN SEGMEN PULMO
Segmen bronchopulmonalis terbentuk sesuai dengan percabangan bronchus yang terletak pada lobus pulmonis.
Lobus superior dexter terbagi menjadi:
- segmen apical
- segmen posterior
- segmen anterior
Lobus medius dexter terbagi menjadi:
- segmen lateral
- segmen medial
Lobus inferior dexter terbagi menjadi:
- segmen apical
- segmen mediobasalis
- segmen anterobasalis
- segmen laterobasalis
- segmen posterobasalis
Lobus superior sinister dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) bagian superior dan (2) bagian inferior.
Bagian superior dibentuk oleh:
- segmen apicoposterior
- segmen anterior
Bagian inferior dibentuk oleh:
- segmen lingualis superior
- segmen lingualis inferior
Lobus inferior sinister terbagi menjadi:
- segmen apical
- segmen antero-mediobasalis
- segmen laterobasalis
- segmen posterobasalis


VASCULARISASI
Sirkulasi darah ada kaitannya dengan fungsi respirasi dari pulmo. Circulasi pulmonal adalah aliran darah dari ventriculus dexter, arteri pulmonalis, pulmo, vena pulmonalis, dan berakhir di atrium dextreum, yang selanjutnya membentuk sirkulasi sistemik yang membawa oksigen bersama-sama dengan bahan makanan ke jaringan di seluruh tubuh. Proses perpindahan karbondioksida dengan oksigen disebut respirasi externa berlangsung pada alveolus, melalui dinding alveolus dan kapiler pembuluh darah. Adapun yang dimaksud dengan respirasi interna adalah proses penggunaan oksigen di jaringan dan karbondioksida yang diahasilkan oleh proses metabolisme. Peredaran darah yang berkaitan dengan nutrisi parenchym pulmo dilakukan oleh arteria dan vena bronchialis.
Ramus dexter dan ramus sinister arteria pulmonali adalah percabangan dari arteri pulmonalis yang membawa darah untuk pulmo dexter dan pulmo sinister, selanjutnya bercabang-cabang mengikuti percabangan bronchus dan kapiler-kapilernya mencapai alveolus.
Biasanya pulmo dexter menerima sebuah cabang dari arteria bronchialis, dan pulmo sinister menerima dua buah cabangg dari arteria bronchialis. Arteri ini dipercabangkan dari dinding ventral aorta thoracalis bagian proximal.

PLEURA
Pleura adalah suatu membrana serosa yang membungkus pulmo, mempunyai asal yang membungkus pulmo, mempunya asal yang sama dengan peritoneum. Terdiri atas yang sama dengan peritoneum. Terdiri atas pleura parietalis dan pleura visceralis. Di antara kedua lapisan pleura tersebut terbentuk suatu rongga (celah) tertutup, disebut cavum pleurae, yang memungkinkan pulmo bebas bergerak pada waktu respirasi. Di dalam celah tersebut terdapat sedikit cairan serous yang membuat permukaan pleura parietalis dan pleura visceralis menjadi licin sehingga mencegah terjadinya gesekan. Pleura parietalis melapisi facies interior cavitas thoracis dan pleura visceralis langsung melekat pada pulmo. Pleura parietalis dibagi menjadi:
- Pleura costalis, melapisi costa
- Pleura mediastinalis, berbatasan dengan mediastinum
- Pleura diaphragmatica, melapisi diaphragma thoracis
- Cupula pleurae, menonjol melewati apertura thoracalis superior.

Sumber:
1. Penuntun Praktikum Anatomi Sistem Respirasi, Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
2. Gambar : from google.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar